Lompat ke konten

Laissez-faire (atau Hands-off) Leadership – Teori Kepemimpinan

Laissez-faire (atau Hands-off) Leadership. Laissez-faire adalah bahasa Prancis yang berarti “biarkan saja” atau “biarkan mereka melakukan.” Dalam konteks kepemimpinan, ini adalah gaya yang paling minimalis.

Sejarah dan Latar Belakang

Teori ini tidak memiliki satu pendukung atau tokoh sentral seperti teori-teori lain. Sebaliknya, ia muncul dari pengamatan terhadap perilaku pemimpin. Gaya ini pertama kali diidentifikasi dan diteliti sebagai bagian dari gaya kepemimpinan utama lainnya dalam studi kepemimpinan klasik di akhir tahun 1930-an, terutama dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurt Lewin, Ronald Lippitt, dan Ralph K. White di University of Iowa.

Mereka mempelajari tiga gaya kepemimpinan (otokratis, demokratis, dan laissez-faire) untuk melihat dampaknya pada kelompok.

Prinsip Utama

  1. Otonomi Penuh bagi Anggota Tim: Pemimpin memberikan kebebasan mutlak kepada tim atau individu untuk mengambil keputusan, menentukan tujuan, dan menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri.
  2. Peran Pemimpin Minimal: Pemimpin hampir tidak ikut campur dalam proses kerja. Mereka hanya memberikan sumber daya yang dibutuhkan dan menunggu hasil akhir. Tidak ada pengawasan, umpan balik reguler, atau instruksi yang ketat.
  3. Tidak Ada Bimbingan atau Dukungan: Pemimpin tidak memberikan bimbingan, arahan, atau dukungan emosional kepada anggota tim, kecuali jika diminta secara spesifik.

Kapan Gaya Ini Efektif?

Meskipun sering dianggap sebagai gaya kepemimpinan yang buruk, ada situasi di mana laissez-faire dapat efektif:

  • Tim yang Sangat Terampil dan Mandiri: Ketika anggota tim adalah ahli yang sangat berpengalaman, termotivasi, dan tahu persis apa yang harus dilakukan, campur tangan pemimpin bisa menjadi hambatan.
  • Lingkungan yang Kreatif dan Inovatif: Di bidang-bidang seperti desain, seni, atau penelitian, di mana kreativitas adalah kuncinya, terlalu banyak arahan dari pemimpin dapat membatasi ide-ide baru.

Kekurangan dan Masalah

  • Kurangnya Tanggung Jawab: Tanpa pengawasan, anggota tim mungkin tidak memiliki akuntabilitas.
  • Kebingungan Peran: Anggota tim mungkin tidak yakin tentang peran dan tanggung jawab mereka.
  • Moral Rendah: Tanpa dukungan atau pengakuan, anggota tim bisa merasa diabaikan dan kurang motivasi.
  • Penyalahgunaan Sumber Daya: Tanpa pengawasan, bisa terjadi penyalahgunaan sumber daya.

Dalam sebagian besar penelitian, gaya kepemimpinan ini sering dikaitkan dengan kinerja tim yang rendah dan kepuasan anggota yang kurang, kecuali dalam kondisi yang sangat spesifik seperti yang disebutkan di atas.


Referensi Pustaka dan Ilmiah

  • Lewin, K., Lippitt, R., & White, R. K. (1939). “Patterns of aggressive behavior in experimentally created social climates.” Journal of Social Psychology. Ini adalah studi klasik yang mengidentifikasi gaya kepemimpinan ini.
  • Bass, B. M., & Avolio, B. J. (1994). Improving organizational effectiveness through transformational leadership. Meskipun berfokus pada kepemimpinan transformasional, buku ini membandingkannya dengan gaya lain, termasuk laissez-faire, dan menjelaskan mengapa laissez-faire sering kali tidak efektif.
  • Northouse, P. G. (2018). Leadership: Theory and Practice. Buku ini memberikan tinjauan menyeluruh tentang laissez-faire sebagai bagian dari spektrum gaya kepemimpinan.